Minggu, 17 Juli 2011
YA TUHAN
Aku mengabdi kepadaMu Tuhan, bukan karena takut neraka dan bukan pula karena aku berharap masuk surga, tetapi aku mengabdi karena cintaku pada Nya ya Allah. Jika aku menyembah Mu karena berharap surga maka campakkanlah aku darinya. tetapi jika aku menyembah Mu karena takut akan neraka maka bakarlah aku didalamnya akan tetapi jika aku menyembah Mu demi enkau semata maka janganlah Engkau enggan perlihatkan wajah Mu yangabadi padaku..
Jumat, 17 Juni 2011
PEGANGAN HIDUP
Jangan suka mengaku aku
Jangan suka mengaku paling bener
Jangan suka mengaku paling pinter
Jangan suka mengaku paling bisa
Jangan suka mengaku paling hebat
Jangan suka mengaku paling jago
Jangan suka mengaku paling tinggi
Jangan suka mengaku paling baik
Jangan suka mengaku paling bagus
Jangan suka mengaku paling tau
Jangan suka menyakiti
Jangan suka membohongi
Jangan suka melukai
Jangan suka memaki
Jangan suka mengumpat
Jangan suka dendam
Jangan suka marah
Jangan suka mencuri
Jangan suka fitnah
Jangan suka mengeluh
Jangan suka menyalahkan
Jangan suka berkata kasar
Jangan suka iri
Jangan suka dengki
Jangan suka merampas hak orang lain
Jangan suka merendahkan orang lain
Jangan suka melecehkan orang lain
Jangan suka menginjak orang lain
Jangan takut menjalankannya
Jangan di kasih tahu temennya
Cukup untukmu saja
Jangan suka mengaku paling bener
Jangan suka mengaku paling pinter
Jangan suka mengaku paling bisa
Jangan suka mengaku paling hebat
Jangan suka mengaku paling jago
Jangan suka mengaku paling tinggi
Jangan suka mengaku paling baik
Jangan suka mengaku paling bagus
Jangan suka mengaku paling tau
Jangan suka menyakiti
Jangan suka membohongi
Jangan suka melukai
Jangan suka memaki
Jangan suka mengumpat
Jangan suka dendam
Jangan suka marah
Jangan suka mencuri
Jangan suka fitnah
Jangan suka mengeluh
Jangan suka menyalahkan
Jangan suka berkata kasar
Jangan suka iri
Jangan suka dengki
Jangan suka merampas hak orang lain
Jangan suka merendahkan orang lain
Jangan suka melecehkan orang lain
Jangan suka menginjak orang lain
Jangan takut menjalankannya
Jangan di kasih tahu temennya
Cukup untukmu saja
PENGETAHUAN JAWA
Dalam dunia orang Jawa kita mengenal adanya ungkapan etika yang berbunyi "Sabda pandhita ratu, tan kena wola - wali" dan "Berbudi Bawalaksana". Dalam pengartian bebas ungkapan Sabda pandhita ratu tan kena wola - wali dapat diartikan /ucapan pendeta/raja, tidak boleh diulang dan berbudi bawalaksana dapat berarti mempunyai sifat teguh memegang janji, setia pada janji atau secara harafiah bawalaksana dapat juga diartikan satunya kata dan perbuatan.
Dua ungkapan luhur, yang mengingatkan kepada setiap orang akan pentingnya Kesetiaan. Setia dengan apa yang telah dipilih, setia dengan apa yang diucapkan, dan dijanjikan seberapapun berat resiko yang harus ditanggung oleh pilihan itu.
Dalam dunia pewayangan ada cukup banyak kisah yang melukiskan sikap tersebut. Salah satu contohnya adalah kisah saat prabu Dasarata akan mewariskan tahta kerajaan kepada keturunannya. Di ceritera prabu Dasarata mempunyai empat orang anak yaitu Rama, Bharata, Laksamana dan Satrugna. Dari keempat saudaranya, Rama adalah anak tertua yang dilahirkan oleh istri pertamanya yang bernama dewi Ragu atau dewi Sukasalya, paling pandai dan bijaksana juga berpengalaman. Maka sudah wajar jika kemudian prabu Dasarata meletakkan harapan, anaknya tertua tersebut kelak yang akan melanjutkan tahtanya. Namun ternyata ada satu hal penting yang telah dilupakan oleh prabu Dasarata bahwa ia pernah berjanji kepada istrinya yang lain yaitu dewi Kekeyi, bahwa dari keturunannyalah kelak tahta akan diwariskan. Diceritakan saat prabu Dasarata diingatkan oleh dewi Kekeyi menjadi sangat sedihlah hantinya. Hatinya hancur lebur oleh kesedihan. Sebagai raja yang besar, ia tahu tidak boleh mengingkari apa yang telah diucapkan/dijanjikan pada masa lalu. Tidak boleh! Betapapun beratnya. Maka dengan segala kesedihannya ia menyerahkan tahta kerajaan Ayodya kepada Bharata kemudian ia meninggal dalam kesedihannya itu.
Selain kisah prabu Dasarata ada kisah - kisah lain yang menggambarkan situasi sulit oleh pilihan sikap tan keno wola - wali dan bawalaksana. Misalnya kisah prabu Sentanu Raja muda dari Astina yang memperistri seorang bidadari yaitu Dewi Gangga. Dewi Gangga bersedia menjadi istrinya dengan syarat prabu Sentanu tidak boleh mencampuri, apalagi mencegahnya apapun yang dia lakukan. Oleh karena keterikatan pada janji maka saat anaknya yang baru lahir dibuang selalu dibuang ke sungai Gangga, prabu Sentanu tidak dapat berbuat apa - apa. Ada banyak kisah lain misal Adipati Karno yang tetap membela Kurawa saat perang
Baratayuda, walaupun ia tahu kurawa salah dan pandawa adalah adik tirinya. Karna terikat janji dengan Duryudana bahwa ia akan selalu membelanya. Dan masih banyak kisah lainnya.
Ucapan atau janji memang berat. Maka setiap orang dituntut untuk selalu memikirkan secara jernih dan bijak apapun dan dalam situasi apapun sehingga setiap ucapan yang keluar dari mulut kita bijak pula. Ada ungkapan lain berbunyi "Orang yang dipegang adalah ucapannya". Artinya jelas, salah satu hal yang paling berharga dalam diri seseorang adalah ucapan. Seberharga apakah kita tergantung sejauh mana setiap ucapan yang keluar dari mulut kita menjadi kebenaran. Inilah sikap tan kena wola - wali dan bawalaksana. Satunya kata dan perbuatan.
Sabtu, 21 Mei 2011
ARAH PINTU UTAMA RUMAH
Penentuan arah menghadap rumah, bagi masyarakat Jawa, merupakan hal yang sangat penting dalam membangun suatu rumah tempat tinggal. Secara garis besar, arah menghadap rumah yaitu menghadap ke arah utara, timur, selatan, dan ke arah barat.
Seperti halnya bangsa Cina, orang Jawa percaya bahwa arah menghadap rumah memiliki pengaruh atau dapat membawa keberuntungan atau kesialan dalam hidupnya dan juga keluarganya.
Pada jaman dahulu dalam masyarakat Jawa hampir tidak dijumpai rumah menghadap ke barat dan demikian pula halnya yang menghadap ke arah timur. Rumah orang biasa (masyarakat umum, bukan bangsawan) pada umumnya menghadap ke arah utara atau ke selatan. Sedangkan arah menghadap ke timur khusus dipergunakan untuk keraton.
Setiap arah mata angin dipercayai ditunggu oleh dewa, dan oleh karena itu ada makna simbolis tertentu penentuan arah menghadap rumah berdasarkan empat mata angin.
Keempat arah mata angin yang dijaga oleh dewa tersebut adalah :
(1) timur ditunggui oleh Maha Dewa,
(2) barat ditunggui oleh Batara Yamadipati,
(3) utara ditunggui oleh Batara Wisnu, dan
(4) selatan ditunggui Batara Brahma
Dalam mitologi Jawa, Batara Yamadipati adalah dewa kematian. Sehingga bagi orang yang mempercayai, arah menghadap ke barat harus dihindari karena secara simbolik berarti sama dengan mengharap kematian.
Adapun cara menentukan arah menghadap rumah adalah dengan menjumlah /neptu/ (hitungan) hari kelahiran dan pasaran orang yang akan membangun rumah. Ketentuannya adalah sebagai berikut :
(1) jika jumlah neptunya 7, 8, 13, 18, arah rumah menghadap ke arah utara atau ke timur,
(2) jika jumlah neptunya 9, 14 arah rumah harus menghadap ke selatan atau ke timur,
(3) jika neptunya 10 arah rumah harus menghadap ke selatan atau barat,
(4) jika jumlah neptunya 11, 15, 16 arah rumah harus menghadap ke barat, dan
(5) jika jumlah neptunya 12, 17 arah rumah harus menghadap ke utara atau
ke barat.
Neptu hari:
Ahad = 5, Senin = 4, Selasa = 3, Rabu = 7, Kamis == 8, Jum'at = 6, Sabtu = 9,
Neptu pasaran:
Kliwon = 8, Legi = 5, Pahing = 9, Pon = 7, Wage = 4
Misalnya Anda lahir pada ahad pahing, maka jumlah neptu menjadi (ahad =
5) + (pahing = 9) = 14.
Berdasarkan penghitungan neptu tersebut maka Anda sebaiknya memiliki rumah menghadap arah selatan atau ke timur
Langganan:
Postingan (Atom)