Senin, 16 September 2013

SAMPURNANING URIP SAMPURNANING PATI

Sikap batin sumarah atau berserah diri secara total kepada TUHAN sedikit demi sedikit mengurangi keaktifan EGO sampai pada akhirnya mengeliminasi keaktifan EGO, sehingga sedikit demi sedikit tumbuhlah sikap batin dan sifat rendah hati, yang merupakan salah satu bekal utama di dalam menapaki jalan rohani untuk menuju kembali kepada TUHAN "bali mulih mula mulanira" ... kesempurnaan hidup dan kesempurnaan mati ...

pada akhirnya sikap batin sumarah atau berserah diri secara total kepada TUHAN, karena sedikit demi sedikit mengurangi keaktifan EGO sampai mengeliminasi keaktifan EGO, sedikit demi sedikit akan menumbuhkan KASIH di dalam hati, di dalam batin , di dalam Sanubari, di dalam Kalbu, di dalam Jiwa ... KASIH ini merupakan puncak pencapaian laku sumarah atau berserah diri secara total kepada TUHAN ... dengan KASIH kita menyatu dengan seluruh alam semesta ... digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, mbedhah tanpa pedhang, menang tanpa angasorake, sura dira jaya ning rat lebur dening pangastuti ... trimah mawi pasrah, anteng mantheng sugeng jeneng, langgeng tan ana bungah tan ana susah ...

TRIMAH MAWI PASRAH ... narima dengan penuh penyerahan diri
ANTENG MANTHENG SUGENG JENENG ... tenang fokus selamat dan dapat menyaksikan kenyataan yang sebenarnya
LANGGENG TAN ANA BUNGAH TAN ANA SUSAH ... abadi tiada rasa senang gembira tiada rasa susah ...

KAU INI BAGAIMANA ATAU AKU HARUS BAGAIMANA

Kau ini bagaimana..
Kau bilang aku merdeka kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berfikir Aku berfikir kau tuduh aku kafir
Aku harus bagaimana…
Kau suruh aku bergeraklah Aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah
Aku diam saja kau waspadai

Kau ini bagaimana...
Kau suruh aku memegang prinsip
Aku memegang prinsip Kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran Aku toleran kau bilang aku plin-plan

Aku harus bagaimana…
Kau suruh aku maju Aku maju kau serimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja Aku bekerja kau ganggu aku

Kau ini bagaimana...
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu Langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana..

Aku kau suruh menghormati hukum, Kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, Kau mencontohkan yang lain
Kau ini bagaimana...

Kau bilang Tuhan sangat dekat
Kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, Kau ajak aku setiap hari bertikai

Aku harus bagaimana...
Aku kau suruh membangun, Aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, Aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana...

Kau suruh aku menggarap sawah, Sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, Aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah

Aku harus bagaimana...
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bis Showab

Kau ini bagaimana..
Aku kau suruh jujur, Aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, Aku sabar kau injak tengkukku

Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, Sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, Aku sapa saja kau merasa terganggu

Kau ini bagaimana..
Kau bilang bicaralah, Aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, Aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana...

Kau bilang kritiklah, Aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya
Aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja

Kau ini bagaimana..
Aku bilang terserah kau, Kau tak mau
Aku bilang terserah kita, Kau tak suka
Aku bilang terserah aku, Kau memakiku
Kau ini bagaimana, Atau aku harus bagaimana...


Oleh : A Mustofa Bisri ( Gus Mus )

 

Minggu, 25 Agustus 2013

TUGAS HIDUP SETIAP MANUSIA DAN PANDUMING URIP

.........untuk mencukupi kebutuhan manusia secara dasar TUHAN memberikan tugas hidup berwujud bakat untuk dipergunakan manusia sebagai ketrampilan untuk mencari nafkah di dalam hidup mereka di dunia ini.........

* ada yang menjadi petani menanam padi, menanam sayur-sayuran, menanam tanaman obat-obatan, menanam teh, menanam kopi, menanam pohon jati, menanam pohon cendana, menanam pohon gaharu, menanam kapas, menanam pohon murbei untuk beternak ulat sutera....

* ada yang membuat pupuk...

* ada yang bekerja di pabrik-pabrik

* ada yang menjadi pembuat benang, ada yang menjadi pembuat kain, ada yang membuat pakaian, ada yang berdagang pakaian

* ada yang menjadi polisi, ada yang menjadi jaksa, ada yang menjadi hakim, ada yang menjadi pegawai penjara....

* ada yang menjadi guru, ada yang menjadi pengurus yayasan, ada yang menjadi pesuruh, ada yang menjadi teknisi, ada yang menjadi sopir, ada yang menjadi pembuat kendaraan............

* ada yang menjadi Presiden, Menteri, Direktur Jenderal, Kepala Kantor, pegawai kantor, Gubernur, Walikota, Bupati, Camat, Lurah, Ketua RW, Ketua RT....

* ada yang menjadi pendeta, pastor, biksu, biksuni, spiritualis.......

* ada yang menjadi penjahat...untuk mengambil secara paksa persembahan kasih kepada TUHAN dari mereka-mereka yang diberi rejeki lebih namun kikir......dan juga untuk menjadikan orang yang baik menjadi bertambah baik.....iya doooong..kalau tidak ada penjahat tidak ada polisi, jaksa, hakim, pegawai penjara...tak ada Fakultas Hukum....tak ada Akademi Kepolisian....

* ada yang menjadi peminta-minta....untuk memungut langsung persembahan kasih kepada TUHAN dari mereka-mereka yang diberi rejeki lebih.....dan untuk melatih kasih di antara manusia.....

semuanya adalah tugas hidup yang harus dipertanggungjawabkan secara personal kepada TUHAN yang telah memberikan bakat dan tugas hidup......semuanya adalah PANDUMING URIP dari sebab itu kita harus menjalaninya secara ikhlas tanpa pamrih sedikit pun untuk kepentingan diri pribadi sendiri.........

....di samping tugas pokok secara garis besar tersebut di atas juga ada tugas-tugas tertentu yang tiba-tiba atau yang diberikan sebagai tugas tambahan oleh TUHAN kepada setiap manusia...

* ada yang diberi tugas mengingatkan saudaranya yang berbuat dosa supaya bertobat, ada yang bertugas untuk memperingatkan saudaranya yang akan mendapatkan kecelakaan, ada yang bertugas untuk menyampaikan pesan TUHAN kepada saudaranya bahwa TUHAN akan memproses hidupnya secara langsung......

* ada yang diberi tugas untuk mendampingi dan merawat istri atau suaminya yang sedang dianugerahi sakit yang lama

semuanya itu juga harus dipertanggungjawabkan secara pribadi personal kepada TUHAN...........semuanya itu juga merupakan PANDUMING URIP yang harus dijalani secara ikhlas tanpa pamrih untuk kepentingan diri pribadi sendiri........


...karena manusia adalah makhluk "SERBA KEMUNGKINAN".....yang belum mengetahui secara pasti apakah tugas hidupnya di dunia ini sebelum dijalaninya secara penuh...maka tentulah kita belum dapat menentukan secara pasti apakah tugas hidup seseorang sebelum dijalaninya secara penuh......yaitu pada umumnya sampai usia 60 tahun...karena sebelum itu serba kemungkinan bisa terjadi.....serba perubahan bisa terjadi.........


DARI SEBAB ITU MARILAH KITA MENJALANI HIDUP KITA MASING-MASING DENGAN PENUH TANGGUNG JAWAB KEPADA TUHAN DENGAN SEBAIK MUNGKIN DENGAN SESEMPURNA MUNGKIN SEDAPAT-DAPAT KITA DENGAN SEPENUH HATI IKHLAS TANPA PAMRIH SEDIKIT PUN UNTUK KEPENTINGAN DIRI KITA PRIBADI SENDIRI DENGAN BERSERAH DIRI TOTAL SUMARAH KEPADA TUHAN.....

Om shanti shanti shanti Om
Rahayu Rahayu Rahayu selalu
Damai sejahtera penuh kasih selalu



SEDIKIT LAGI MENGENAI MARAH

Marah merupakan salah satu ungkapan emosional yang termasuk sering muncul di dalam perilaku kehidupan kita sehari-hari di samping ungkapan emosi sedih dan senang.

MARAH perlulah kita tangani dengan sangat intensif supaya Jiwa kita terbebaskan dari salah satu cacat jiwa yang sangat mengotori Jiwa kita.

Marah adalah ungkapan emosi yang negatif, artinya yang mengotori Jiwa kita, karena terbersit atau menyala dari EGO EGOISME EGOSENTRISME kita yang selalu memikirkan diri sendiri, yang selalu memikirkan mengenai ketenangan diri kita sendiri, yang selalu memikirkan mengenai kesenangan diri kita sendiri, yang selalu memikirkan mengenai kepuasan diri kita sendiri, yang selalu memikirkan mengenai kenyamanan diri kita sendiri, yang selalu memikirkan mengenai kebutuhan diri kita sendiri, yang selalu memikirkan mengenai kepentingan diri kita sendiri, yang selalu merasa bahwa diri kita lebih dari orang lain, yang merasa bahwa diri kita menjadi pusat perhatian dunia sekitar kita, yang bertentangan dengan HUKUM KASIH yang adalah hukum seluruh alam semesta yang adalah HUKUM TUHAN yang adalah TUHAN SENDIRI, apabila EGO EGOISME EGOSENTRISME tersebut merasa terusik atau tidak mendapatkan yang dimauinya.

Untuk menangani MARAH dengan sangat intensif supaya kita dapat berubah dari seorang PEMARAH, yang negatif, menjadi seseorang yang SABAR DARANA, yang positif, artinya yang semakin membersihkan, menjernihkan, serta mencemerlangkan Jiwa kita, perlulah kita mewaspadai serta mencermati semua hal yang dapat menimbulkan emosi MARAH di dalam diri kita, kemudian mengeliminasinya dengan pikiran-pikiran yang positif.

Hal-hal yang dapat kita lakukan untuk mengeliminasi Marah apabila mulai timbul :

1. Apabila kita ditentang oleh orang lain (suami, istri, anak, saudara, orangtua, teman, orang lain) ... kita harus diam, jangan mengeluarkan counter sama sekali, menyadari bahwa setiap manusia dikarunia KEHENDAK BEBAS oleh TUHAN yang tidak seorang pun dapat menghilangkannya atau menginjak-injaknya, termasuk TUHAN sendiri juga tidak berkenan untuk menghilangkan KEHENDAK BEBAS manusia ini .... jadi kita pun juga tidak apada tempatnya untuk memaksakan KEHENDAK KITA SENDIRI kepada orang lain ...

2. Apabila kita direndahkan oleh orang lain, dihina oleh orang lain (suami, isteri, anak, saudara, orangtua, teman, orang lain) ... kita harus diam, jangan mengeluarkan counter sama sekali, menyadari bahwa SEBENAR-BENARNYA KITA INI BUKAN APA-APA, BUKAN SIAPA-SIAPA, KITA BERASAL DARI KEKOSONGAN, KITA BERASAL DARI KEHAMPAAN ...

3. Apabila kita dibohongi oleh suami, istri, anak, saudara, orang lain ... kita harus diam, jangan mengeluarkan pernyataan apa-apa, menyadari bahwa kita juga sering kali berbohong, membohongi ...

4. Apabila kita ditipu oleh orang lain (suami, isteri, anak, orangtua, teman, orang lain) kita harus diam, jangan mengeluarkan pernyataan apa-apa, menyadari bahwa kita juga sering kali menipu ...

5. Apabila kita dinilai jelek oleh orang lain (suami, isteri, anak, orangtua, teman, orang lain) kita harus diam saja, jangan mengeluarkan pernyataan apa-apa, menyadari bahwa SEBENAR-BENARNYA KITA MEMANG BUKANLAH APA-APA, TIDAK DAPAT BERBUAT APA-APA, TIDAK MEMPUNYAI APA-APA, TIDAK MENGERTI APA-APA, TIDAK MEMPUNYAI KUASA APA-APA, TIDAK MEMPUNYAI WEWENANG APA-APA ...

6. Apabila kita dijadikan bahan pembicaraan negatif oleh rang lain ... kita harus diam saja, jangan mengeluarkan pernyataan apa-apa, menyadari bahwa SEBENAR-BENARNYA MEMANG KITA TIDAK DAPAT BERBUAT BAIK APA-APA, KITA TIDAK MEMPUNYAI SIFAT-SIFAT BAIK APA-APA, KITA TIDAK MEMPUNYAI KEBAIKAN APA-APA ...

7. Apabila kita kecewa atas diri sendiri ... kita harus segera minta maaf kepada diri kita sendiri karena telah memaksakan kehendak kepada diri sendiri yang tidak sesuai dengan KEHENDAK TUHAN

8. Apabila kita dikecewakan oleh orang lain ... kita harus diam, menyadari bahwa kita juga sering mengecewakan orang lain walaupun secara tidak kita sengaja ...

9. Apabila kita kecewa akan situasi dan kondisi yang harus kita hadapi pada suatu saat di suatu tempat ... kita harus diam, menyadari bahwa semua itu KEHENDAK TUHAN yang harus kita jalani dengan penuh kesabaran, ketaatan, kepatuhan, pengabdian, dan sembah sujud kepada TUHAN ... sambil dengan sabar dan perlahan-lahan mencari jalan keluar dari situasi dan kondisi itu menurut KEHENDAK TUHAN ...

Demikian seterusnya banyak hal yang dapat membuat kita marah dapat kita renungkan, kita eliminasi dengan pikiran-pikiran yang positif, sehingga jiwa kita terbebas dari bahaya kekotoran yang diakibatkan karena kita marah yang bertentangan dengan hukum KASIH, hukum seluruh alam semesta, HUKUM TUHAN ....


Rahayu ... Rahayu ... Rahayu selalu ...



ROH JIWA NYAWA DAN RAGA WARANGKA MANJING CURIGA CURIGA MANJING WARANGKA

 Inti Diri Manusia yang sebenarnya adalah ROH yang diciptakan TUHAN dari "PLETIKAN DZAT TUHAN" menurut CITRA TUHAN.......ROH itu suci.....selalu taat patuh dan mengabdi kepada TUHAN dengan sepenuh kesadaran pribadinya karena berkesadaran sangat tinggi yang mengatasi Kehendak Bebasnya....Roh manusia selalu dekat dengan TUHAN...sampai secara eksplisit diungkapkan bahwa TUHAN lebih dekat kepada manusia dari pada urat leher manusia sendiri.....Roh Manusia bertugas membimbing seluruh diri pribadinya untuk selalu taat patuh mengabdi kepada TUHAN dan mencintai TUHAN sepenuh kesadarannya.....Roh Manusia abadi tidak terkena rusak dan tua tidak terkena sakit tidak dapat senang dan tidak dapat susah.......Roh berada di dalam raga aeteris yang disebut Jiwa atau Jiv atau Sukma

JIWA atau SUKMA adalah tubuh aeteris non materi yang tidak tunduk pada hukum materi tidak terkena rusak dan tua....JIWA bersemayam di dalam JANTUNG manusia.....JIWA adalah kendaraan ROH di dalam perjalanannya mengedari waktu .... Jiwa atau Sukma berfungsi merekam semua kegiatan manusia, dari berpikir, bertutur kata, sampai bertindak, berperi laku, bertindak tanduk, berinteraksi dengan sesama, berelasi dan berkomunikasi dengan sesama dan TUHAN...semuanya direkamnya dari saat ke saat...dari scene ke scene...dari babak ke babak...dari lakon ke lakon... tak ada satu pun yang terlewatkan...yang baik...yang penuh kasih...yang spiritual...yang benar....yang bajik...yang salah...yang duniawi...yang jahat...yang penuh hawa nafsu.....semuanya direkamnya...tak ada yang tidak....apabila manusia sepanjang waktu sepanjang hidup selalu berserah diri total sumarah kepada TUHAN dan selalu berbuat kasih kepada sesama, JIWA AKAN MENJADI BERSIH SUCI....SEBALIKNYA, JIWA AKAN TERKOTORI DENGAN REKAMAN-REKAMAN POLA PIKIR TUTUR KATA DAN TINDAK TANDUK MANUSIA YANG JAHAT YANG BERTENTANGAN DENGAN HUKUM KASIH.......di dalam keadaannya yang kotor tersebut JIWA tidak mampu berada di tempat yang bersih dan suci...itulah sebabnya ketika manusia meninggal dunia dan jiwanya meninggalkan raganya pada saat JIWA tersebut di dalam keadaannya yang kotor JIWA tidak mampu kembali kepada TUHAN YANG MAHABERSIH dan MAHASUCI.....ROH yang suci terbawa JIWA YANG KOTOR mengembara mengedari waktu..inilah PENDERITAAN JIWA yang dikendarai ROH yang suci yang selalu merindukan dan mengasihi TUHAN...di dalam inti terdalamnya JIWA ingin sekali kembali ke TUHAN tetapi JIWA tidak mampu .........JIWA dilengkapi dengan RASA yang berfungsi sebagai detektor semua pola pikir, tutur kata, serta perilaku manusia........ JIWA berada di dalam kendaraan yang disebut NYAWA........

NYAWA adalah tubuh astral yang taat pada HUKUM MATERI.......sehingga pada waktu JIWA YANG BERADA DI DALAM NYAWA HARUS MENINGGALKAN RAGA SAAT KEMATIAN MENJELANG NYAWA PUN KELUAR DARI RAGA..NYAWA TIDAK MENINGGALKAN RUMAH KEDIAMAN RAGA DI MASA HIDUPNYA....DI LUAR RAGA HIDUP NYAWA TIDAK BERLANGSUNG LAMA...DI LUAR RAGA HIDUP NYAWA HANYA SELAMA 40 HARI SAJA...SETELAH 40 HARI NYAWA BERADA DI LUAR RAGA NYAWA HANCUR....DARI SEBAB ITULAH SEBELUM WAKTU 40 HARI TERSEBUT BERLALU ORANG SERING KALI MASIH MELIHAT YANG MENINGGAL ITU MASIH SERING NAMPAK DI RUMAHNYA SEDANG DUDUK ATAU SEDANG MENYAPU DAN SEBAGAINYA ......pada tubuh nyawa inilah berada ENERGI HIDUP MANUSIA YANG DISEBUT NAFSU,,,,,,,yang berfungsi atau bertugas menggerakkan seluruh roda kehidupan manusia.....

ROH yang berada di dalam JIWA yang berada di dalam NYAWA mengendarai RAGA

RAGA atau TUBUH JASMANI, yang taat pada hukum materi sehingga terkena rusak dan tua......RAGA adalah kendaraan ROH untuk dapat kembali kepada TUHAN dengan sempurna...RAGA adalah sebuah kendaraan yang serba otomatis...serba dinamis...yang merupakan kelebihan yang diberikan TUHAN kepada manusia daripada malaikat, setan, dan makhluk halus yang lainnya yang tidak dikaruniai RAGA...RAGA dapat dipergunakan untuk melakukan apa saja yang tidak dapat dilakukan oleh makhluk halus yang lainnya yaitu BERDOA KEPADA TUHAN DAN JUGA UNTUK MELAKUKAN SEGALA MACAM LAKU-LAKU SPIRITUAL YANG LAINNYA untuk mengembalikan martabat manusia menjadi suci seperti saat Adam dan Hawa belum jatuh ke dalam dosa......RAGA dapat untuk merasakan segala macam kenikmatan hidup duniawi...... TETAPI SEBALIKNYA JUGA DAPAT DIPERGUNAKAN UNTUK MERASAKAN BERMACAM RAGAM PENDERITAAN, KESENGSARAAN, KESULITAN HIDUP, YANG SANGAT BERGUNA SEKALI UNTUK MENYUCIKAN SERTA MEMBERSIHKAN JIWA DARI KEKOTORAN DOSA APABILA SEMUA ITU DIJALANI DENGAN IKHLAS DAN SABAR TANPA MENGELUH, TANPA MENGADUH, TANPA MENGGERUTU, TANPA PROTES, TANPA MENGHUJAT TUHAN......


Ketika Roh aktif membimbing seluruh jiwa raganya hidup taat patuh menyembah dan mengabdi kepada TUHAN ketika itulah MANUSIA DAPAT DISEBUT MANUSIA SEUTUHNYA yaitu manusia yang merupakan kesatuan antara Roh dan Raga yang dapat digambarkan dengan ungkapan WARANGKA MANJING CURIGA CURIGA MANJING WARANGKA.... raga melebur dalam Roh, dan Roh membimbing kehidupan Raga sepenuhnya.... dan itulah INSAN KAMIL, MANUSIA YANG SEMPURNA.....

Saat ini yang ada masih banyak yang jiwanya terseret kehidupan hawa nafsu yang menguasai raganya, karena mengikuti hawa nafsu memanglah enak sekali dan nikmat sekali....banyak orang yang tidak tahu bahwa diri mereka sudah terjerumus menganggap bahwa mereka bahagia berada di surga dunia......padahal sebetulnya hidup mereka belum sempurna, masih timpang, masih belum menjadi manusia seutuhnya........masih belum menjadi manusia yang merupakan kesatuan antara ROH dan RAGA.....

Demikian, sekilas mengenai ROH, JIWA, NYAWA, dan RAGA...

 

Sabtu, 24 Agustus 2013

PERUMPAMAAN TENTANG ORANG BUTA DAN SEEKOR GAJAH






Alkisah di negeri antah berantah ada orang-orang buta yang bersahabat karib.


Pada suatu hari mereka mendengar banyak orang membicarakan kehadiran seekor gajah di alun-alun kota. Kata orang-orang banyak yang datang ke alun-alun kota untuk melihat gajah tersebut. Kata orang-orang gajah itu sangat mengagumkan sekali, mahabesar, mahapandai, mahacerdas, mahakuat, mahalembut, mahapenuhkasihsayang.........

Orang-orang buta itu pun tertarik hatinya untuk menyaksikan sendiri bagaimanakah gajah itu sebenar-benarnya. Mereka pun berangkat ke alun-alun kota untuk menyaksikan gajah.

Kebetulan hari itu tidak ada seorang pun yang datang untuk melihat gajah itu, jadi orang-orang buta itu dapat dengan tenang menikmati pertemuan dengan gajah itu.

Yang seorang dibimbing untuk memegang ekor gajah, yang seorang lagi dibimbing untuk memegang belalai gajah, yang seorang lagi dibimbing untuk memegang kuping gajah, yang seorang lagi dibimbing untuk memegang kaki gajah, yang seorang lagi dibimbing untuk memegang perut dan tubuh gajah.

Sesudah mereka puas meraba dan memegang bagian tubuh gajah yang dihadapinya itu, mereka pun dibimbing beristirahat di bawah pohon yang rindang yang sengaja banyak ditanam di alun-alun itu untuk beristirahat masyarakat luas.

Mereka dipandu oleh pembimbing mereka untuk melakukan sharing mengenai gajah yang telah disaksikan mereka masing-masing........

"Gajah itu sangat lucu, tubuhnya seperti alat untuk mengusir lalat," kata seorang yang memegang ekor gajah...
"Gajah itu mahabesar....uuuhh...tanganku tak memuat tubuhnya yang mahabesar itu, benar kata orang-orang bahwa gajah itu mahakuat," kata seorang yang memegang tubuh dan perut gajah...
"Gajah itu seperti kipas yang mahabesar," kata seorang yang memegang telinga gajah....
"Gajah itu seperti selang yang besar," kata seorang yang memegang belalai gajah...
"Gajah itu seperti tong tempat sampah yang besar sekali," kata seorang yang memegang kaki gajah....

Mulailah terjadi keributan besar di antara para sahabat akrab itu, mereka saling berbantah dengan segala macam argumentasi untuk mempertahankan apa yang telah disaksikannya sendiri....mereka saling mengeluarkan ayat-ayat Kitab Suci andalan mereka untuk mempertahankan kesaksian mereka.....suasana di bawah pohon yang sejuk rindang, di dalam udara yang sejuk segar, di tengah-tengah pepohonan kelapa sawit, pohon-pohon cemara, pohon-pohon beringin, yang memenuhi alun-alun kota itu pun menjadi panas sepanas api di tungku peleburan baja.....mereka pun mulai saling mencaci...saling merendahkan...saling menghina....saling mengejek......daaaaaaan..........wuuuaaaah....mereka mulai saling menyerang satu sama lain....tinju-tinju pun saling meluncur deras ke tubuh-tubuh mereka.....wuuuuaaah....mereka pun saling mengeluarkan jurus-jurus silat andalan mereka...........semua terlibat baku hantam...semua mulai terlibat perkelahian massal itu...tak ada kawan...semua lawan...tak ada sahabat...semua musuh..........

Sang Pembimbing pun masih diam saja...dibiarkan saja mereka terus berkelahi......sampai pada akhirnya mereka satu per satu mulai kehabisan tenaga.....dan mereka pun terkapar di atas rerumputan yang sejuk halus di bawah pohon yang rindang itu.......

Alkisah di dekat tempat mereka berkelahi itu ada dua orang Agamawan berbeda yang bersahabat juga yang sedang berdiskusi mengenai TUHAN menurut kesaksian mereka masing-masing....suasana juga sangat panas sekali....melihat orang-orang buta yang berkelahi karena mempertahankan kesaksian mereka masing-masing itu...mereka berdua pun terdiam melihat serunya perkelahian di antara sahabat-sahabat itu......

Perlahan-lahan Sang Pembimbing pun mendekati mereka dan memberi mereka minum Sprite dingin sebotol seorang....mereka reguk Sprite dingin itu sekali reguk tandas.....Sang Pembimbing pun memberi mereka Fanta dingin sebotol seorang........Fanta-Fanta itu pun sekali reguk tuntas lagi....wuuuuaaahhh......hahahahahaha........Sang Pembimbing pun memberi mereka sandwich sepotong seorang...dan dengan lahap sandwich-sandwich itupn lenyap tanpa sisa.....

Dengan sabar penuh kasih Sang Pembimbing itu pun lalu mengajak mereka sekali lagi memegang dan meraba-raba gajah itu sepuas hati mereka berpindah-pindah dari bagian satu ke bagian yang lain sampai menyeluruh.................setelah mereka semua memegang dan meraba hampir keseluruhan sekujur tubuh gajah itu tiba-tiba hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahah.....hahahahahahahahahaha....hahahahah..... tiba-tiba meledaklah tawa mereka berderai-derai seperti air hjan deras menerpa genting seng............ mereka pun saling berpelukan penuh kasih penuh keakraban kembali dan saling minta maaf atas kekhilafan yang telah mereka perbuat bersama-sama............

Kedua sahabat Agamawan itu pun saling memandang satu dengan yang lainnya...mereka pun saling berpelukan penuh kasih......."Kalau gajah sih dapat teraba semua perlahan-lahan, sedang TUHAN ya tidak mungkin lah....hahahaha....."

Jumat, 12 April 2013

RENUNGAN DIRI






sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik, Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali. 

Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan. 

Sebelum kamu mengeluh tidak punya apa-apa Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta di jalanan. 

Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk, Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya. 

Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri anda. Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup. 

Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu, Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat. 

Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu, Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul. 

Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya, Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal di jalanan

Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir, Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.

Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, Pikirkan tentang pengangguran,orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti kamu

Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa,,,

Kita semua menjawab kepada Tuhan. Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,Tersenyum dan mengucap syukurlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup !

Rabu, 03 April 2013

BEGAWAN CIPTANING



Mintaraga, yakni Arjuna pada waktu bertapa mengasingkan diri. Minta berarti memisah, raga berarti badan yang kasar, jadi pada masa itu Arjuna menjernihkan pikirannya, supaya terpisah dari badan yang, kasar. Kehendak Arjuna bertapa itu supaya jaya nanti pada perang Baratayudha.


Pada umumnya, seorang bertapa mendapat godaan dari segala setan, supaya batal tapanya. Dalam cerita ini diriwayatkanlah seorang raja raksasa bernama Prabu Niwatakawaca di Ima-imantaka. Raja ini berkehendak akan meminang seorang bidadari di Suralaya (tempat dewa-dewa) bernama Dewi Supraba, tetapi permintaan itu ditolak oleh Hyang Indra. Karena penolakan ini, Prabu Niwatakawaca sangat murka, ia hendak merusak Kaendran (tempat Betara Indra). Pada masa kejadian ini, Raden Arjuna sedang bertapa di bukit Indrakila dengan bergelar Begawan Mintaraga. Tetapi sebenarnya tapa Arjuna ini menjadikan khawatir Hyang Indra, karena Arjuna akan diminta bantuannya untuk melawan seorang raja raksasa Prabu Niwatakawaca itu, yang akan menempuh Kaendran. Maka Betara Indra menitipkan pada para bidadari untuk menggoda Arjuna, supaya batal dalam tapanya. Tetapi penggoda itu tak dapat membatalkan tapa Arjuna, malah sebaliknya mereka merindukan pada Arjuna.


Kesusul pula oleh kedatangan duta Prabu Niwatakawaca kepertapaan itu, berupa seorang raksasa sakti bernama Mamangmurka. Kedatangan raksasa ini berkehendak akan membinasakan Raden Arjuna. Setiba Mamangmurka di pertapaan itu lalu merusak daerah pertapaan. Setelah hal ini diketahui oleh Arjuna, berkatalah Arjuna sebagai menyumpahi pada Mamangmurka, katanya: Tingkah laku raksasa ini sebagai seekor, babi hutan. Seketika itu juga Mamangmurka berganti rupa jadi babi hutan dan diikuti oleh Hyang Indra dengan mengganti rupa seperti seorang pendeta bernama Resi Padya dan berhajat akan membunuh babi. hutan itu. Ia melepaskan anak panahnya mengenai badan babi hutan itu, pun Arjuna mengikuti babi hutan itu dan memanahnya juga mengenai binatang itu.

Karena itu terjadi selisih antara keduanya, masing-masing mengakui, bahwa anak panah yang mengenai babi hutan itu anak panahnya. Tetapi sebenarnya Hyang Indra sangat sukacita akan kejadian itu karena Hyang Endra dapat memberatkan tapi Arjuna dan akan minta bantuan pada Arjuna untuk memusnakan Prabu Niwatakawaca. Kehendak Hyang Indra ini terlaksana, Niwatakawaca dibinasakan oleh Arjuna.


Untuk hadiah pada Arjuna, Arjuna diangkatlah sebagai raja di Kaindran untuk sementara hari lamanya. Menurut perhitungan Dewa sehari di alam manusia itu sama dengan sebulan di Kaindran. Arjuna bergelar prabu Kariti.






Jumat, 22 Maret 2013

Akhirnya, Harjuna mendapatkan lawan yang tangguh




Harjuna, Panengah Pandawa yang sakti mandraguna, sarat ilmu kedigdayaan, ilmu kanuragan, dan pusaka-pusaka sakti dari gudang-gudang langit para dewata, kuat tirakat dan kuat bertapa, mengolah tubuh, jiwa dan membersihkan hati, di tempat-tempat yang bahkan para raksasa-pun berpikir seribu kali untuk bertandang ke sana.

Kini, Harjuna harus berpikir keras untuk memutuskan apakah esok dia akan memenuhi tantangan musuh ataukah tidak.

Walau kesaktiannya hampir menyamai para dewata, ternyata Harjuna pun masih bisa merasakan keraguan di hatinya. Hal ini disebabkan oleh trauma yang dialaminya di masa lalu yang pernah dikalahkan oleh salah satu senopati utama Kurawa hingga Harjuna tewas. Untunglah saat itu Bhatara Kresna menghidupkannya kembali dengan menggunakan pusaka “Kembang WijayaKusuma”.

Sekarang ini, bahkan Bhatara Kresna pun mungkin tidak akan bisa membantunya lagi oleh karena Sri Kresna sedang melakukan tapa brata di puncak gunung Kutharunggu demi untuk membersihkan kesalahannya yang telah mengubah takdir Harjuna yang telah tewas saat itu dengan menghidupkannya kembali. Pusaka Kembang WijayaKesuma telah hilang sebagai tanda kemarahan Pengadilan Langit terhadap Sri Kresna.

Dalam kegalauannya, datanglah Ki Semar Badranaya menghampiri Harjuna sambil berkata,”Angger Harjuna yang rupawan, gerangan apakah yang membuat sinuhun begitu bermuram durja hingga langitpun tidak seputih sebelumnya, mentari pun menjadi enggan untuk menampakkan cerah cahayanya, dan tetumbuhan di sekitar anak angger turut menjadi layu walau sementara waktu. Bahkan seluruh penduduk negeri Amarta ikut merasakan kemuraman ini tanpa tahu penyebabnya. Untuk yang ke berapa kali lagi anak angger harus menjadi pemicu segala rasa di seluruh penjuru negeri Amarta ini ?”.

Maka menjawablah Harjuna,”Wahai bapak asuhku Semar Badranaya, aku benar-benar galau dan bimbang untuk memutuskan apakah esok aku harus memenuhi tantangan berlaga ataukah tidak”. Sambil memegang rambut kuncungnya yang memutih, lantas Semar berkata,”Ksatria mana lagi yang berani menantang kedigdayaan angger sinuhun Harjuna ? Apakah masih ada raja diraja, senopati atau ksatria sejati yang belum mendengar keampuhan pusaka Pasopati yang bahkan dimas Bhatara Guru pun merinding mendengar namanya ?”. Dengan muka pucat pasi tak terkira berkatalah Harjuna dengan nada sangat lirih,”Empat satria tak dikenal tiba-tiba saja berada di hadapanku pada saat aku melakukan tapa brata di goa Mintaraga. Semuanya memiliki perawakan dan wajah seperti aku. Hanya saja berbeda warna bajunya. Putih, Hitam, Kuning, dan Merah. Satria yang berbaju hitam langsung mengutarakan niatnya untuk beradu nyawa denganku, kemudian diikuti dengan anggukan yang sama dari yang lainnya. Mereka menantiku esok hari di gelagah Wangi”.

Kali ini Semar benar-benar berpikir serius setelah mendengar penuturan Harjuna, terbukti dengan lagak jalannya yang hilir mudik bagai setrika-an yang dipanasi dengan arang kayu bakar.
“Ya..ya…aku mengerti sekarang. Anak angger Harjuna sudah bisa mengukur kedigdayaan mereka sehingga sempat berpikir untuk akan menggunakan pusaka Pasopati. Sayangnya Pasopati hanya bisa digunakan sekali saja. Padahal mereka berjumlah empat orang. Hmmm…ya…ya…aku mengerti sekarang. Ini semua oleh karena kesalahan besar Sri Kresna yang telah mencoba mengubah Takdir Langit dengan memintamu bertarung dengan ksatria tak dikenal di Amarta yang katanya akan menjadi penghalangmu menjadi Satria Utama. Pada akhirnya engkau pun tewas. Lagi-lagi Sri Kresna berbuat kesalahan dengan menghidupkan engkau dengan menggunakan pusaka Kembang Wijaya Kesuma.”

Mendengar penuturan Ki Semar kontan saja Harjuna semakin lunglai. Melihat keadaan Harjuna yang seperti makhluk yang terlemah di dunia Ki Semar pun tersenyum lalu berkata,”Jangan kuatir angger sinuhun Harjuna. Engkau tidak perlu menggunakan pusaka Pasopati, engkau tidak perlu bertarung esok. Keempat satria itu sebenarnya adalah bagian dari dirimu sendiri yang menuntut segala lakumu selama ini. Oleh karena apapun yang angger sinuhun lakukan selama ini adalah memupuk kedigdayaan hingga puncak tak berbatas maka keempat satria yang berasal dari dirimu juga menuntut hal yang sama yaitu dengan cara mencoba kedigdayaanmu.”

Harjuna semakin bingung seperti orang linglung. “Ki Semar, lantas apa yang harus aku lakukan ?”. “Begini. Semakin engkau berpikir bagaimana cara mengalahkan mereka itu sama artinya engkau berpikir bagaimana cara mengalahkan dirimu dengan kedigdayaan mu sendiri. Yang hitam adalah nafsu amarah(angkara murka)-mu, yang merah adalah nafsu lawwamah (pemenuhan biologis)-mu, yang kuning adalah nafsu supiah (kenikmatan birahi)-mu, dan yang putih adalah nafsu muthmainnah (kemurnian dan kejujuran)-mu. Wahai anak angger sinuhun Harjuna. Ribuan kali engkau telah melakukan tapa brata ternyata masih belum menemukan kesejatian diri, kecuali hanya kedigdayaan yang maha dahsyat. Inti sari ilmu hikmah "Lepas sangkan paraning dumadhi (dari asal kembali ke asal)" ternyata belum engkau peroleh. Maka belumlah engkau menemukan Guru Sejati-mu. Manakah sesungguhnya yang berlaku, bayangan ataukah yang menjadikan bayangan ?”.

Tiba-tiba saja Harjuna terdiam, yang lamanya hampir menyamai tapa brata Sri Kresna di puncak gunung Kutharunggu. Di penghujung waktu, berdirilah Harjuna setegak-tegaknya. Dengan segera ia berangkat untuk menemui keempat satria yang telah menantinya di gelagah Wangi. Entah apa yang akan dilakukan oleh Harjuna.
Ki Semar tersenyum kecil…….